Supendi anak Lombok timur Mendadak Miliarder dari Botcoin -->

Header Menu

Supendi anak Lombok timur Mendadak Miliarder dari Botcoin

NAMANYA Supendi. Usianya baru 28 tahun. Terlahir dari keluarga teramat sederhana di Dusun otak Desa, Desa Kotaraja, Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Di Gumi Patuh Karya itu, mendadak namanya kini begitu masyhur.

Nyaris semua orang mengenal namanya. Sebab, Supendi, mendadak kaya raya. Maka jadilah dia buah bibir di mana-mana.


Tiga tahun lalu, Supendi bukanlah siapa-siapa. Menamatkan pendidikan sarjana pertanian di sebuah perguruan tinggi di Mataram, dia kembali ke kampung halamannya dan bekerja sebagai petugas TU, tenaga honorer di sebuah kantor. Itu pun sudah membuatnya bahagia bukan kepalang.

Seperti orang kebanyakan, bisa berangkat kerja tiap pagi, lalu mengenakan seragam dinas, adalah impian. Bahwa upah bulanannya tidaklah seberapa dan jauh dari memadai untuk seorang Supendi yang lulusan sarjana, itu pokok soal yang lain tentu saja.Namun, petaka datang. Sepeda motor milik Supendi, satu-satunya kekayaan paling berharga pemberian orang tuanya tiba-tiba raib. Maling tak tahu adat menggondol kendaraan itu di tempat kerjanya. Semenjak itu, Supendi memilih berhenti bekerja sebagai pegawai TU. Tak ada daya untuknya sampai di tempat kerja. Ketimbang mendapat teguran dari atasan lantaran datang telat saban hari, Supendi pun memilih mundur teratur.

Pilihan yang berat tentu saja. Dan secara sadar, Supendi tahu bahwa dirinya sebentar lagi akan luntang lantung. Menambah lulusan sarjana yang akan mencari kerja kemana-mana.

Iseng-iseng, Supendi pun mencari cara di internet, bagaimana bisa punya usaha dengan tidak banyak modal. Supendi memilih searching di mesin pencari google.co.id.

Saat itulah Supendi menemukan cikal bakal Bitcoin. “Waktu itu satu bitcoin masih seharga Rp 2 juta,” terang Pendi, begitu dia karib disapa pada Lombok Post akhir pekan lalu.

Semenjak itu, pemuda yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara itu pun mulai mengumpulkan Bitcoin. Ia mengumpulkan Bitcoin itu di Faucet, sebutan untuk situs-situs yang memberikan Bitcoin gratis kepada penggunanya tiap kali mereka berhasil memenuhi persyaratan tertentu. Misalnya, menonton iklan, menjawab survey, memainkan game dan lain-lain.

Siang, malam Pendi melakukan hal itu. Dia begitu tekun. Ratusan Bitcoin dikumpulkannya. Dan karen aitu, macam putri pingitan yang hendak dinikahkan, Pendi menjadi jarang keluar rumah. Atas tabiat barunya itu, dia pun kerap menjadi bahan gunjingan. Orang tuanya sendiri pun protes. Orang tuanya ingin agar Supendi mengibaskan sayapnya lagi. Keluar rumah mencari pekerjaan seperti layaknya lulusan sarjana yang lain. Tapi, Supendi bergeming.

Sampai kemudian, akhirnya Pendi mengenal bitcoin.co.id. Ini adalah situs jual beli Bitcoin, Ethereum dan Digital Asset lainnya di Indonesia. Situs ini resmi berdiri di Indonesia pada 2013 silam. Dan hingga tadi malam, saat Lombok Post menengok situs ini, sudah ada 813.714 member yang bergabung.

Dari situs Bitcoin inilah, jalan hidup Supendi menjadi terang benderang. Situs tersebut memberi jalan bagi Supendi bisa merupiahkan Bitcoin yang telah lama dikumpulkannya. Situs bitcoin.co.id mendefenisikan Bitcoin sebagai mata uang virtual yang dikembangkan pada tahun 2009 oleh seseorang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto. Mata uang ini seperti halnya Rupiah atau Dollar, namun hanya tersedia di dunia digital. (lihat grafis)

“Konsepnya mungkin terdengar seperti eGold, walaupun sebenarnya jauh berbeda,” begitu situs itu mendefenisikannya.

Mengetahui bitcoin tersebut bisa dijual lalu menghasilkan uang rupiah, tambah semangatlah Supendi mengumpulkan Bitcoin tersebut. Tak cuma menjual. Supendi juga membeli Bitcoin dari mana saja. Ketika harga Bitcoin itu naik, dia menjualnya. Misalnya, dia membeli Bitcoin saat harganya masih Rp 2 juta. Ketika harga Bitcoin sudah mencapai Rp 5 juta, Supendi menjualnya. Seilsih modal dan hasil penjualannya tersebut menjadi keuntungan bagi Supendi. Uang-uang yang diperolehnya itu kemudian diputarnya lagi. Begitu terus menerus.

Karena juga membeli Bitcoin, Supendi pun akhirnya lebih banyak melek di malam hari. Ini lantaran dia menyesuaikan waktu di Amerika dan Eropa di mana banyak Bitcoin diperdagangkan di sana. Maka jadilah Supendi tidur manakala siang, tapi beraktivitas aktif kala malam.

Kini, genap sudah tiga tahun Supendi bermain Bitcoin itu. Dan dia benar-benar telah menjelma menjadi seorang miarder. Baru-baru ini, Supendi membeli tanah seluas tujuh are di bilangan Masbagik. Tanah itu tepat berada di pinggir jalan raya Masbagik-Selong. Tanah tujuh are itu dibayar Supendi cash Rp 1 miliar. Tanah itu kini dia jadikan taman. Namanya Taman Bitcoin.

Sebelumnya, Supendi juga memborong lahan seluas 2 hektare di sejumlah lokasi strategis di kampung halamannya. Lahan-lahan tersebut adalah lahan produktif. Semua mafhum, berada tak jauh dari kaki Rinjani, kampung halamannya memang dikenal sebagai dengan kawasan yang subur di Lombok Timur. Jangan tanya harganya. Miliaran rupiah pula nilai aset itu.

Supendi sendiri saat ini masih punya empat Bitcoin. Tadi malam, saat Lombok Post mengecek harga terkini di situs bitcoin.co.id, satu Bitcoin diperdagangkan dengan nilai Rp 257,699 Juta. Harga tertinggi Bitcoin tahun 2017 ini sempat menembus angka Rp 270 juta.

 Yang Mencibir Berbalik Arah

Segera setelah keberhasilan Supendi, maka merebaklah kabar betapa internet bisa menjadi ladang rezeki yang melimpah. Mereka yang dulu mencibir Supendi kemudian berbalik arah. Mereka datang meriung ke Supendi. Ada yang datang menawarkan investasi. Dengan harapan bisa berbagi keuntungan. Ada pula yang datang ingin menimba ilmu.

Sejumlah tenaga pemasaran bank-bank ternama juga mendatangi Supendi. Menawarkan pinjaman modal. Karena keuletean dan keberhasilan Supendi itu sungguh sangat prospektif dari perbankkan.

Supendi pun tak pelit informasi. Dia dengan sukarela mengajarkan pengetahuan yang dimilikinya kepada mereka yang ingin belajar. Tak ada yang dia sembunyikan. Seluruh pengetahuannya di bagi.

Tak cuma memberi ilmu gratis. Mereka yang ingin belajar pun mendapat modal dari Supendi. Terutama teman-teman sebayanya. Hal itu mulai dia lakukan pada 2016 lalu. Maka jadilah kini, para pemuda-pemuda itu mengikuti jejak Supendi mencari peruntungan dengan bermain Bitcoin.

Bisa dibilang, para pemuda di Kotaraja kini nyaris seluruhnya bermain Bitcoin. Roni misalnya. Mulai bermain tatkala Bitcoin masih seharga Rp 450 ribu, kini sudah mampu menangguk keuntungan hingga ratusan juta. Roni sendiri saat ini masih memiliki satu Bitcoin.

Selain Roni, ada pula adik Supendi. Laki-laki tanggung itu juga kaya raya. Dia bahkan membangun rumah megah di kampung halamannya. Rumah dua lantai. Membeli mobil mentereng.

Para Bitcoiners, begitu para pemain Bitcoin ini disebut di Sukaraja juga melakukan hal serupa. Mobil keluaran terbaru dibeli. Barang elektronik keluaran terbaru diborong. Lalu, mereka juga kerap pelesir ke berbagai tempat. Tak cuma di destinasi wisata dalam negeri. Destinasi wisata di luar negeri pun mereka kunjungi.

Mereka adalah pemuda-pemuda yang peruntungannya begitu baik. Punya Bitcoin tatkala Bitcoin masih begitu mudah didapat. Dan menikmati keuntungan mahabesar, tatkala harga Bitcoin berlipat-lipat seperti sekarang ini.

“Sekarang Bitcoin sudah semakin susah diperoleh. Bahkan sangat susah,” kata Supendi.

Itu sebabnya, kata Supendi, kadang ada rasa penyesalan bagi mereka yang kemudian terlanjur mengobral Bitcoin milik mereka. Itu teruama manakala mereka mendapati memperoleh Bitcoin kini susah, sementara harganya sudah selangit.

“Banyak yang merasa rugi membeli mobil ketika harga bitcoin semakin tinggi,” kata Supendi menuturkan koleganya yang memilih menjual Bitcoin demi membeli mobnil.

Dia memberi contoh. Ada rekannya yang harus menjual 30 bitcoin untuk mendapatkan mobil idamannya.

“Bayangkan kalau bisa menahan diri. Sekarang dengan 30 bitcoin itu, bisa membeli 30 mobil mewah,” katanya.

Pendi sendiri sempat merasa begitu. Misalnya, dia membeli tanah seluas 53 are. Waktu itu dia melepas 50 Bitcoin miliknya. Bayangkan saja, jika Pendi baru melepas 50 Bitcoin itu saat ini. Berapa lahan yang bisa dia belikan?

Tapi, segera Pendi berfikir. Bahwa, investasinya di tanah tak akan merugi. Sebab, harga tanah tak akan pernah turun. Beda dengan rekannya yang memilih membeli mobil, melancong ke berbagai tempat, atau membeli alat-alat elektronik. Nilai investasi pada barang-barang semacam itu akan cepat tergerus. Bahkan nilainya anjlok.

 Boleh dibilang, Supendi, meski sudah kaya raya dengan aset berlimpah, memang tak mengubah gaya hidup. Dia bahkan memilih tak membeli mobil. Ke sana kemari, dia memilih menggunakan motor.

Saat berbincang dengan Lombok Post di Taman Bitcoin yang dibangunnya di Masbagik, penampilannya pun sederhana. Jauh dari kesan mereka yang punya duit berlimpah. Pakaian yang dikenakannya bukan merek-merk brandid. Sama seperti kita kebanyakan.

Bahkan, untuk bermain Bitcoin tersebut, Supendi masih menggunakan Laptop jadul. Yakni Acer Core I-3. Itu laptop tahun 2012. Saat ini, generasi terbaru laptop tersebut paling banter dijual seharga Rp 6 juta satu unit.

Satu-satunya yang mencolok yang dibawanya saat berbincang dengan Lombok Post adalah telepon genggamnya. Itu adalah smartphone ternama keluaran terkini yang harga terbarunya belasan juta. Dan untuk yang ini, harap maklum saja. Mungkin Pendi memang membutuhkan smartphone itu untuk kepentingan transaksi aset-aset Bitcoin yang dimilikinya.

“Kalau mau refreshing, saya cari belut di sawah saja,” katanya menjawab pertanyaan kemana dia biasanya pelesir.

Selebihnya, Supendi adalah pemuda yang pemalu. Soal gaya hidupnya yang tetap bersahaja itu, Supendi punya pemikiran sendiri. Dia tak ingin para Bitcoiners punya nama jelek. Misalnya orang yang dianggap berlimpah uang, dari usaha Bitcoin yang bisa jadi disebut sebagai ajang judi. Atau anggapan-anggapan miring lainnya.

Di luar itu, saking pemalunya, diminta untuk foto saja Supendi ogah. “Diberi satu Bitcoin saja, saya tidak mau,” katanya. Dia menolak halus, dan tak ingin tampangnya tampil di media.

Cara Mendapat Bitcoin

Lalu bagaimana cara mendapatkan Bitcoin kini? Kata Supendi, untuk mendapatkan Bitcoin, ada dua cara. Menambang, atau membelinya dengan uang tunai atau uang riil di situs-situs yang melayani jual beli Bitcoin. “Transaksinya mudah. Kapan pun kita mau beli atau mau jual bisa,” kata Supendi.

Sementara untuk mereka yang memilih menambang Bitcoin, memerlukan usaha dan sumber daya yang besar pula.

Uang virtual yang didalam dunia maya disebut dengan nama ilmiah Cryptocurrency sedikit banyak memang dibuat layaknya emas. Seperti emas, uang virtual ini bisa didapatkan dengan cara menambang. Aktivitas menambang inilah yang memerlukan teknologi dan sumber daya.

Para penambang yang disebut miner ini, mereka menggunakan server untuk memecahkan algoritma yang telah dirangkai dalam sistem Blockchain. Orang mengenal Blockchain ini sebagai sebuah teknologi semacam buku besar digital yang terdesentralisasi, yang meliputi transaksi-transaksi dan bekerja dengan data yang diatur melalui serangkaian catatan yang disebut blok.

Dari sanalah, para penambang yang tergabung dalam jaringan berlomba-lomba mendapatkan kepingan Bitcoin. Dan jangan berfikir jumlah Bitcoin yang ditambang ini banyak jumlahnya. Sebaliknya, jumlah kepingannya sangatlah terbatas.

Sebagai gambaran. Pada mulanya dalam 10 menit, hanya 50 keping Bitcoin bisa dikeluarkan. Dan yang memperebutkannya jutaan orang. Tersebar di seluruh dunia. Kemudian, setiap empat tahun jatah Bitcoin yang diperebutkan per 10 menit itu berkurang separo. Terus berkurang. Bahkan, setelah delapan tahun, hanya 12,5 Bitcoin yang bisa diperebutkan dalam rentang 10 menit itu.

Itu sebabnya, para penambang pun mengerahkan perangkatnya bekerja 24 jam untuk memperebutkan kepingan Bitcoin. Mereka yang punya alat-alat canggih, kemungkinan bisa memperoleh kepingan Bitcoin lebih banyak. Sementara para penambang yang menggunakan perangkat komputer atau laptop standar. Mungkin dari seluruh daya upaya yang dikerahkannya, akan hanya bisa mendapat sekitar 0,000000001 Bitcoin. Kalah saing dengan jutaan orang yang perangkatnya canggih bukan main.

Dan mereka yang beruntung biasanya yang memiliki perangkat yang disebut Antminer. Ini adalah perangkat yang disebut pula sebagai mesin keruk virtual. Dan untuk bisa punya teknologi macan itu, dibutuhkan biaya yang seabrek-abrek pula.

Itu mengapa kata Supendi, para Bitcoiners yang tak pandai-pandai mengelola asetnya, sekarang akan mulai gigit jari. Sebab, memperoleh Bitcoin sungguh setengah mati.

Untuk yang masih punya pun harus dijaga dengan sepenuh jiwa. Sebab, semua bisa terjadi di dunia maya. Roni misalnya. pernah kehilangan 0,85 Bitcoin yang dimilikinya. “Untung waktu itu nilainya belum terlalu besar seperti sekarang. Waktu itu, total nilainya Rp 8 juta,” terang Roni.

Karena tersimpan di komputer, maka kerusakan perangkat juga bisa jadi masalah. Sebab, perangkat rusak, adalah malapetaka. Sebab, hilanglah Bitcoin tersebut dari sana. Itu sebabnya, secara berkala Bitcoin harus disimpan dalam beberapa device-device. Tujuannya agar kalau perangkat rusak, yang punya aset Bitcoin tak langsung jatuh miskin.

Karena itu, kata Roni, para Bitcoiners tidak akan sembarang memberikan nomer telepon genggam mereka. Karena konfirmasi ketika login akan dikirimkan melalui pesan ke nomer handpone yang didaftarkan di situs Bitcoin tersebut.

Memantik Polemik

Sementara itu, berkat nilainya yang terus melambung, banyak yang melihat Bitcoin sebagai salah satu aset untuk investasi. Keuntungannya pun disebut sangat menggiurkan.

Namun, hal tersebut telah memantik polemik. Praktisini bisnis online di NTB Perwira Negara menilai kenaikan harga Bitcoin yang sangat signifikan merupakan bom waktu bagi mereka yang berbondong-bondong ingin berinvestasi dengan membeli Bitcoin tersebut.

Dia mengatakan, saat ini, yang mampu meraup keuntungan besar dari Bitcoin hanyalah sebagian kecil dari kebanyakan orang. Menurut dia, masyarakat perlu mencurigai kenaikan harga persatu Bitcoin yang terus melonjak.

Jika semua orang berinvestasi dengan modal gila, tidak menutup kemungkinan jika banyak yang akan jatuh bangkrut jika harganya tiba-tiba turun dengan drastis. Sebab, untuk mengetahui naik atau turunnya harga sebuah Bitcoin, tak ada yang benar-benar bisa mengetahuinya dengan pasti.

“Lihat saja tahun depan. Banyak yang membaca kemungkinan nilai Bitcoin akan turun,” terang Wira.

Belum lagi jika memperhitungkan para pesaing Bitcoin. Mata uang digital yang dapat diperdagangkan ini sudah semakin banyak. Selain Bitcoin ada ripple, litecoin, nublin, paycon, dan beberap jenis lainnya.

Selain itu, ada ratusan situs atau web yang menawarkan jual beli cryptocurrency. Hal itu merupakan sebuah pertanda, bahwa bisnis online seperti itu membutuhkan kewaspadaan.

Senada dengan Wira, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah NTB Wahyu Yuwana juga menegaskan bahwa Perwakilan Bank Indonesia NTB telah mewanti-wanti para pihak untuk tidak berinvestasi di Bitcoin.

“Ini sangat berisiko,” kata Wahyu.

Fluktuasinya yang sangat tidak bisa diprediksi membuat risiko berinvestasi akan sangat tinggi. Sebab, tak ada satu negara pun yang mengendalikan mata uang digital ini. Hari ini bisa jadi nilainya naik, besok turun seperti roller coaster. Tatkala nilainya naik, semua senang bukan main. Namun, tatkala harganya turun drastis, semua menangis.

“Jadi tidak punya perlindungan pada konsumen sama sekali,” kata Wahyu. Tak ada pula yang bisa dimintai pertanggungjawaban manakala hal itu terjadi.

“Sebab tidak diawasi badan perbankan. Melainkan hanya diawasi market (pasar),” tandasnya.

Ia melanjutkan, pengawasannya dilakukan pasar, bukan bank sentral yang menjadi otoritas. Dari sisi jumlah juga dibatasi. Koin yang beredar tidak lebih dari 21 juta bitcoin. Salah satu permasalahannya, saat koin investasi mencapai jumlah tertentu, lalu pemilik ingin menjual, namun tak ada yang ingin membeli. Sementara koin tersebut tidak bisa ditukarkan.

“Terus kita mau tukarkan ke mana, karena bukan legal tender, bukan alat pembayaran yang sah, karena kalau ditukarkan ke otoritas petugas tidak ada yang mau menukarkan,” tandasnya.

Meski demikian BI juga tidak membatasi orang. Ia mempersilahkan masyarakat yang tertarik menggunakan bitcoin sebagai alat pembayaran. BI hanya mengingatkan saja, bitcoin bukan alat pembayaran yang sah. Sehingga risiko ditanggung sendiri.

Di sisi lain, Bitcoin juga kata Wahyu dinyatakan sebagai alat pembayaran tidak sah oleh BI. Sehingga tidak diakui keberadaan dalam melakukan transaksi di wilayah NKRI.

“BI sudah bilang yang bisa ditransaksikan di seluruh wilayah NKRI harus rupiah,” kata Wahyu.

Otoritas Jasa Keuangan NTB secara terpisah juga menganjurkan masyarakat NTB untuk berinvestasi menggunakan Bitcoin.

“Risikonya sangat tinggi,” ujar Kepala OJK NTB, Farid Faletehan.

Farid mengatakan, masyarakat harus waspada terhadap e-commerce maupun investasi menggunakan mata uang digital. Hal tersebut dikarenakan risiko yang ditimbulkan sangat tinggi. Masyarakat ibaratnya membeli barang, namun barangnya tidak ada.

“Transaksi ini tidak ada underline nya,” sambungnya.

BI bahkan kata dia melarang e-commerce dan fintech yang menggunakan transasksi bitcoin. Hal ini merupakan respon atas perkembangan teknologi dalam ekonomi digital. Bitcoin bukan merupakan alat pembayaran sah di Indonesia.

“Bitcoin itu hanya proses tawar menawar dan ini risikonya tinggi,” tegasnya.

Farid mengimbau masyarakat NTB untuk tidak cepat tergiur transaksi Bitcoin. Masyarakat harus berhati-hati dan waspada terhadap dampak buruk yang dapat ditimbulkan nantinya. Bitcoin sendiri tidak diawasi langsung oleh lembaga keuangan berwenang maupun OJK.

“Bukan tidak mungkin bisa berujung penipuan,” tandasnya.

MUI Sebut Bitcoin Termasuk Riba

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB menilai Bitcoin adalah riba. Karena transaksi menggunakan uang virtual tidak memenuhi syarat yang dibenarkan Islam.

”Transasksi dengan uang virtual sama dengan bunga, tidak boleh,” kata Ketua Komisi Fatwa MUI NTB TGH AM Mustamiudin Ibrahim kepada Lombok Post.

Ia menjelaskan, transaksi atau investasi yang dibenarkan dalam Islam harus memiliki wujud benda. Misalnya berinvestasi dengan membeli emas, atau membeli tanah, atau hanya membeli berupa batu biasa. Asalkan ada wujud benda untuk diinvestasikan, baru dibenarkan dalam Islam. ”Tidak bisa dalam bentuk uang saja,” katanya.

Jika memebeli uang virtual yang tidak memiliki wujud, seperti bitcoin maka tidak bisa dibenarkan dalam Islam. Meski bentuknya diklaim berupa uang di dunia maya dan bisa dicairkan dalam uang nyata. Mustamiudin berpandangan bahwa tetap transaksi itu tidak memenuhi syarat ada benda nyata.

”Meski itu bukan permainan uang tetapi wujudnya tidak nampak,” tegasnya.

Pihak MUI sendiri mengaku belum melakukan kajian khusus soal bitcoin. Tapi bila melihat sifat-sifat transaksinya, jelas itu riba.

Dalam konteks itu, ia membantah jika Islam dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman. Menurutnya, perkembangan tidak bisa dihindari, perubahan pola hidup manusia juga tidak bisa dielakkan. Tetapi perubahan itu juga harus mengikuti kaidah-kaidah agama. Tujuannya agar umat terjaga dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Seperti jual beli online, mereka melakukan transaksi jual beli melalui dunia maya dan dibolehkan. Sebab barangnya jelas ada, tawar menawar bisa dilakukan dan sebagainya. ”Itupun harus tetap hati-hati, jangan sampai barangnya tidak sampai,” katanya.

Sementara itu, dosen kewirausahaan Universitas Islam Negeri Mataram Syarafudin berkata sebaliknya. Menurut dia, Bitcoin halal. Sebab tidak ada hal yang dilanggar dalam mata uang virtual. Jika dianggap tidak memiliki bentuk fisik, menurut Syafrudin itu sama dengan transaksi membeli pulsa. Tidak ada wujudnya, orang hanya membeli angka-angka.

”Bitcoin itu halal. Semua ini sekarang era digital. Tidak riba, karena Bitcoin itu tetap satu, yang berubah hanya nilainya. Tidak haram,” tegas Syarafudin.

Menurutnya, masing-masing negara punya banyak interpretasi tentang Bitcoin. Di beberapa negara seperti Jepang, China, Amerika Serikat, Bitcoin disebut sebagai uang digital dan diakui. Tapi di sebagian negara seperti Indonesia, Bitcoin masih menjadi perdebatan.

Menurutnya, kehadiran Bitcoin tidak akan menggusur mata uang resmi seperti rupiah. Bitcoin bisa dianggap sebagai komoditas investasi yang bisa dijual belikan. Bitcoin bisa dibelanjakan ketika dirupiahkan, meski di banyak tempat bisa dipakai transaksi langsung.

”Yang sudah memakai (transaksi) adalah orang yang paham sistem Bitcoin dan tahu nilainya,” kata Syafrudin.

Misalnya, sesama pengguna Bitcoin mau membeli mobil, mereka bisa membayar menggunakan Bitcoin. Pemilik mobil bisa memberikan mobilnya langsung kepada yang membeli, kemudian pembeli membayaran Bitcoin memilikinya, dengan memberikan barkot yang bisa dipakai untuk mengakses Bitcoin itu. Nilanya Bitcoin dan mobil tentu sudah bisa ditaksir.

”Tapi kalau belum paham Bitcoin sebaiknya tidak usah transaksi langsung,” imbuhnya.

Hanya saja, pemerintah Indonesia masih khawatir, ketika semakin banyak orang memkai Bitcoin, maka tidak ada lagi orang menyimpan uang di bank. Sehingga di Indoenesia belum diakui.

Soal nilai Bitcoin yang sangat fluktuatif. Justru di sanalah kata Syafrudin orang bisa mendapatkan keuntungan.  Nilainya turun naik karena permintaan pasar. Semakin banyak permintaan maka harga semakin tinggi, ketika permintaan sedikit harga akan turun.

Menurutnya, Bitcoin menjadi salah satu aset tempat investasi yang sangat layak. ”Karena ketika hari itu kita butuh uang maka hari itu bisa kita jual,” tandasnya.  Lombok Pos
Panduan membuat akun tau daftar di  bitcoin co. id  klik disini