by Deddy Armyadi
Biasanya di saat saat Indonesia getol pinjam ke rentenir dunia, para pendukung rentinir ini sering tertiak, "Negara Arab bisa apa emang?"
Nah untuk itu saya tidak bosan bosannya menampilkan gambar jembatan layang terpanjang kedua di Indonesia. Asalnya nomor 1 bertahun tahun. 8 tahun lebih. Tapi kesusul sama jembatan Suramadu.
Ini namanya jembatan PASUPATI. Setiap ke Bandung jembatan ini biasanya dilalui orang dari luar kota bila keluar pintu pasteur.
Jembatan ini dibiayai SECARA HIBAH DARI KUWAIT. Hibah itu GRATIS ga pake bunga dan NGGA USAH DIBALIKIN.
Jadi saya yakin peluang negara mendapatkan bantuan dari negara baik baik itu akan senantiasa ada. Insyaallah yakin bakal ada. Mulai dari yang bentuknya hibah juga, atau hibah sebagian, atau tanpa bunga, dsb.
Masalahnya niat dari negara.. Niat apa kaga?
Kalau dikatakan: "Masa pemerintah tidak niat cari bantuan utk pembangunan negara, ya niat lah..."
Ya ia, saya percaya semuanya niat.. Cuman yg repot kalau ada niat tambahan... Yaitu Kalau bantuan dari si anu, saya kebagian ga? Kebagiannya berapa?
Penjelasan Jembatan Pasupati dari wikipedia:
Jembatan Pasupati
Jembatan Pasupati atau Jalan Layang Pasupati adalah sebuah jembatan yang menghubungkan bagian utara dan timur Kota Bandung melewati lembah Cikapundung. Panjangnya 2,8 km dan lebarnya 30-60 m. Sebagian jalan itu dibangun di atas Jalan Pasteur, adalah jalan lama dengan pohon palm raja disebelah kanan dan kirinya yang menjadi ciri kota Bandung. Jalan Layang Pasupati juga menjadi salah satu ikon Kota Bandung. Oleh karena itu, pada malam hari bagian tengah Jembatan Pasupati diterangi lampu sorot warna-warni. Jalan layang ini membuat arus lalu lintas dari wilayah sekitar Jabodetabek ke Bandung menjadi lebih mudah. Di bawah Jembatan Pasupati terdapat taman yang bernama Taman Pasupati.
Sejarah
Jalan layang (flyover) Pasupati merupakan nama jalan layang di daerah Bandung. Nama Pasupati ini pengganti dari nama sebelumnya Paspati yang dalam artian Sunda “pas mati”. Pasupati merupakan singkatan dari Jalan Pasteur dan Jalan Surapati. Jalan layang Pasupati secara historis sudah terancang oleh arsitek Ir. Karsten. Arsitek wilayah ini pada tahun 1920-an sudah menyimpan dasar-dasar rancangan kota Bandung. Sampai ke sepuluh tahun selanjutnya, dari tahun 1931, rancangan itu masih tetap jadi obsesi sebagaimana program Autostrada yang menghubungkan missing link Jalan Pasteur (Pasteurweg) dan Jalan Ir. H. Djuanda (Dagoweg). Pembangunan jembatan ini dibiayai melalu hibah dana dari pemerintah Kuwait. Setelah sempat beberapa tahun tidak terlaksana, akhirnya pada tanggal 26 Juni 2005 uji coba pertama sudah dilakukan.
Struktur
Jalan layang Pasupati merupakan jalan layang pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi anti gempa. Perangkatnya yang disebut lock up device (LUD) dibuat di Perancis, sebuanya jumlahnya 76 buah. Jembatan ini secara keseluruhan menggunakan 663 unit segmen yang ditopang oleh 46 tiang. Setiap segmen beratnya 80 ton sampai ke 140 ton. Yang menarik, jembatan ini dilengkapi dengan jembatan cable stayed sepanjang 161 meter yang melintang di atas lembah Cikapundung. Cable stayed merupakan jembatan tanpa kaki. Kekuatan jembatan itu ditopang oleh 19 kabel baja yang terdiri dari 10 kabel sebelah barat dan 9 kabel sebelah timur. Setiap kabel isinya 91 kabel kecil yang masing-masing kabel kecil itu terdiri dari tujuh kabel yang lebih kecil lagi. Sepuluh kabel yang dipasang disebelah barat dibuat berpasangan.